Legalitas kepengurusan yang juga mendapat dukungan dari Sangha Theravada Indonesia khususnya dari Yayasan Dhammadipa Arama memberikan penguatan langkah untuk mengajak masyarakat Buddhis ataupun masyarakat partisipan Buddhis untuk turut bergotong royong mewujudkan impian bersama membangun Vihara di kota Surabaya. Melalui prakarsa Herny Angriani dan tentu dengan dukungan mitra-mitra penyemangat lainnya, dibentuklah Arisan Karuna Dipa sebagai sebuah wadah untuk mengumpulkan dana pembangunan Vihara. Periode arisan ini adalah 30 bulan untuk 1 kali penarikan dengan iuran per poin sebesar Rp.100.000,-. Setiap bulan, para peserta arisan diundang untuk menghadiri jamuan makan dan dilengkapi dengan Dhammadesana guna meningkatkan Saddha agar hidup lebih baik.

Antusias masyarakat saat itu sangat luar biasa, pada gelombang I yang dimulai pada tanggal 26 Januari 1992 sampai 12 Juli 1994, panitia arisan dapat mengumpulkan 500 poin dan pada gelombang kedua yang dimulai 12 Juli 1994 sampai 12 Agustus 1996 meningkat menjadi 600 poin.

Penggalangan dana melalui program-program kegiatan dilakukan dengan keteguhan yang dilandasi keluhuran perjuangan para pengurus yayasan terus memberi penguatan yang kelak digunakan untuk membeli lahan dan melakukan pembangunan Vihara Dhammadipa Surabaya. Sementara itu untuk mendukung kegiatan di atas maka ditetapkan berdirinya Cetiya Karuna Dipa yang berlokasi di Jl. Telasih No. 16 Surabaya pada hari Kamis, 7 Januari 1993. Tempat ini awalnya digunakan sebagai kantor Hendra Haslim, namun karena kebaikan hati beliau, Yayasan Dhammadipa Arama cabang Surabaya diijinkan berkegiatan di sana.

Pada hari Senin tanggal 27 Desember 1993, Cetiya Karuna Dipa resmi pindah ke ruko di Jl. Pandegiling 260 I Surabaya. Ruko tersebut merupakan tawaran yang diberikan oleh Prawiro Tedjo kepada Herny Angriani selaku perwakilan yayasan.

Pada tahun 1998 nama Cetiya Karuna Dipa diubah menjadi Cetiya Dhammadipa hal ini terinsipirasi dari nama Yayasan Dhammadipa yang melatar belakangi gerakan pembangunan vihara. Saat itu luas bangunan belum memadai, belum memungkinkan untuk memberi nama Cetiya sebagai vihara. Akhirnya pada tanggal 13 Sepetember 2002, Yayasan Dhammadipa Cabang Surabaya berhasil membeli ruko kedua yang memungkinkan untuk pemugaran dan melengkapi syarat bangunan sebagai sebuah vihara. Pada tahun 2004, diadakanlah pemugaran dan renovasi untuk pertama kalinya yang menjadi pertanda lahirnya Vihara Dhammadipa di kota Surabaya.